Siapa sangka, tanah tandus dan berpasir yang dahulu dihuni para penggembala kini menjadi rumah bagi deretan pencakar langit tertinggi di dunia.
Negara-negara Arab, terutama di kawasan Teluk seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, tengah berlomba membangun menara raksasa yang menembus awan.
Fenomena ini bukan hanya simbol kemajuan teknologi, tetapi juga menarik untuk direnungkan dari sisi spiritual, sebab lebih dari 14 abad lalu, Rasulullah ﷺ telah mengabarkan hal tersebut.
Perlombaan Membangun Gedung Tertinggi
Dubai menjadi pionir dengan Burj Khalifa, menara megah setinggi 828 meter yang masih menyandang gelar gedung tertinggi di dunia.

Namun Arab Saudi tidak mau ketinggalan. Di kota Jeddah, tengah berdiri proyek ambisius bernama Jeddah Tower yang ditargetkan mencapai 1.000 meter lebih, menjadikannya calon gedung tertinggi di dunia ketika rampung.

Tak berhenti di situ, Dubai sedang menyiapkan Burj Azizi, menara setinggi sekitar 725 meter yang sudah dikonfirmasi, dan ada laporan spekulatif menuju 1.000 m

Di makkah telah berdiri Zamzam Tower, proyek ini dimulai pada awal tahun 2004 dan resmi dibuka pada 2012.
Kompleks ini terdiri dari tujuh menara utama dengan Menara Jam (Clock Tower) sebagai yang tertinggi, menjulang sekitar 601 meter, menjadikannya salah satu gedung tertinggi di dunia.

Sementara di Riyadh berdiri Public Investment Fund Tower (PIF Tower) kawasan keuangan di ibukota Saudi Riyadh dengan tinggi 385 m dan 80 lantai yang menjadi ikon pusat keuangan baru Arab Saudi.

Semua proyek ini menggambarkan semangat transformasi besar-besaran di dunia Arab, dari wilayah yang dahulu sederhana menjadi pusat arsitektur dan ekonomi global.
Kabar Dari Rasulullah ﷺ yang Menjadi Kenyataan
Sebagaimana dikabarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dijelaskan dalam ash-Shahiihain dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepada Jibril Alaihissallam ketika ia bertanya tentang waktu terjadinya Kiamat:
وَلَكِنْ سَأُحَدِّثُكَ عَنْ أَشْـرَاطِهَا… (فَذَكَرَ مِنْهَا:) وَإِذَا تَطَاوَلَ رِعَاءُ الْبَهْمِ فِي الْبُنْيَانِ فَذَاكَ مِنْ أَشْرَاطِهَا.
“Akan tetapi aku akan menyebutkan kepadamu tanda-tandanya… (lalu beliau menyebutkan, di antaranya:) jika para pengembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan, maka itulah di antara tanda-tandanya.”[1]
Sementara dalam riwayat Muslim diungkapkan:
وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِي الْبُنْيَانِ.
“Dan engkau menyaksikan orang yang tidak memakai sandal, telanjang lagi miskin yang mengembala domba, berlomba-lomba membuat bangunan yang tinggi.”[2]
Dan dijelaskan dalam riwayat Imam Ahmad dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu anhu, beliau berkata:
يَا رَسُـولَ اللهِ، وَمَنْ أَصْحَابُ الشَّاءِ وَالْحُفَاةُ الْجِيَـاعُ الْعَالَةُ قَالَ: اَلْعَرَبُ.
“Wahai Rasulullah, dan siapakah para pengembala, orang yang tidak memakai sandal, dalam keadaan lapar dan yang miskin itu?” Beliau menjawab, “Orang Arab.”[3]
Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ… حَتَّى يَتَطَاوَلَ النَّاسُ فِي الْبُنْيَانِ.
“Tidak akan datang hari Kiamat… hingga manusia berlomba-lomba meninggikan bangunan.”[4]
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Makna berlomba-lomba meninggikan bangunan adalah setiap orang yang membangun rumah ingin jika rumahnya itu lebih tinggi daripada yang lainnya. Mungkin pula maknanya adalah berbangga-bangga dengan memperhias dan memperindahnya, atau makna yang lebih umum dari itu. Hal itu telah banyak ditemukan bahkan bertambah banyak.”[5]
Footnote
[1] Shahiih al-Bukhari, kitab al-Iimaan, bab Su-aalul Jibriil an-Nabiyya Shallallahu ‘alaihi wa sallam ‘anil Iimaan wal Islaam, bab Bayaanul Iimaan wal Islaam wal Ihsaan (I/161-164).
[2] Shahiih Muslim, kitab al-Iimaan, bab Bayaanul Iimaan wal Islaam wal Ihsaan (I/158, Syarh an-Nawawi).
[3] Musnad Ahmad (IV/332-334, no. 2926), Syarah Ahmad Syakir, beliau berkata, “Sanadnya shahih.”
Al-Haitsami berkata, “Ahmad dan al-Bazzar meriwayatkan dengan yang semisalnya… dan di dalam sanad Ahmad ada Syahr bin Hausyab.” (Majma’uz Zawaa-id I/38-39).
Al-Albani berkata, “Sanad ini tidak mengapa.” Lihat kitab Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah.” (III/ 332, no. 1345).
[4] Shahiih al-Bukhari, kitab al-Fitan bab (tanpa bab) (XIII/81-82, al-Fat-h).
[5] Fat-hul Baari (XIII/88).
Referensi : https://almanhaj.or.id/3181-20-22-meninggikan-bangunan-budak-wanita-melahirkan-banyaknya-pembunuhan.html

