5,5 Juta Warga Indonesia Daftar Haji, Tanda Ekonomi dan Keimanan Menguat?

Jumlah calon jemaah haji asal Indonesia terus meningkat drastis dari tahun ke tahun. Data terbaru menunjukkan lebih dari 5,5 juta warga Indonesia kini tengah menunggu giliran untuk berangkat ke Tanah Suci.

Sementara itu, kuota nasional yang diberikan setiap tahun hanya sekitar 220 ribu orang.

Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), Fadlul Imansyah, menegaskan bahwa fenomena ini bukan semata soal keterbatasan kuota, tetapi juga mencerminkan meningkatnya kemampuan ekonomi dan religiusitas umat Islam Indonesia.

“Tahun ini, masyarakat Indonesia yang mengantre haji mencapai 5,5 juta orang. Setiap tahun kita hanya mendapatkan sekitar 220 ribu kuota,” ujar Fadlul dalam talkshow Hijrah dan Hikmah Haji: Meraih Ketentraman Hidup dan Kuat Finansial di arena ISEF 2025, Kemayoran, Jakarta, Kamis (9/10/2025).

Dengan jumlah antrean sebesar itu, Fadlul menyebut rata-rata waktu tunggu keberangkatan haji kini mencapai 27 hingga 30 tahun.

“Bisa dibayangkan, jika 5,5 juta dibagi 200 ribu, maka rata-rata orang Indonesia menunggu sekitar 27–30 tahun untuk berangkat haji,” tambahnya.


Cerminan Daya Beli yang Semakin Kuat

Fadlul menilai, angka fantastis ini bukan hanya menunjukkan tantangan, melainkan juga tanda kemajuan bangsa.

“Apakah ini berkah atau beban? Menurut saya, ini berkah. Karena ini menunjukkan bahwa bangsa ini sudah dimampukan untuk menyetor Rp25 juta sebagai setoran awal haji,” ujarnya.

Menurutnya, kemampuan jutaan umat Islam Indonesia menyetorkan dana awal sebesar itu menggambarkan kondisi ekonomi masyarakat yang semakin membaik.

“Artinya, GDP per kapita kita sudah meningkat. Masyarakat yang ingin mendaftar haji dengan setoran Rp25 juta kini tidak lagi kesulitan,” jelasnya.

Fadlul juga mengenang situasi di masa lalu, ketika pendaftaran haji tak disertai antrean panjang.

“Dulu, bapak-ibu punya uang, daftar, tahun depan langsung berangkat,” kenangnya, menggambarkan kondisi sebelum 2017.

Lonjakan tajam antrean haji terjadi sejak BPKH resmi berdiri pada 2018.

“Sejak BPKH didirikan, masyarakat berbondong-bondong menyetorkan dana awal. Dari situlah antrean panjang hingga 30 tahun mulai terbentuk,” paparnya.


Haji Menjadi Cita-Cita Masyarakat Indonesia

Selain dari sisi ekonomi, Fadlul juga menyoroti dimensi spiritual dari meningkatnya jumlah calon jemaah haji.

“Bangsa ini sudah diberi hidayah untuk menjadikan haji sebagai cita-cita hidup. Ketika seseorang sudah mendaftar, berarti hatinya sudah memiliki kelurusan niat dan kesiapan spiritual,” ungkapnya.

Menurutnya, data antrean haji tidak sekadar angka statistik, melainkan potret keseimbangan antara kemajuan material dan kematangan spiritual umat Islam Indonesia.

“Dari sisi ekonomi dan kerohanian, bangsa ini semakin baik. Antrean 27–30 tahun itu adalah representasi kemajuan dua sisi tersebut,” pungkasnya.

Artikel yang Direkomendasikan